Global Variables

Rabu, 25 April 2012

KONSEP AL-QUR’AN TENTANG AL-QUR’AN

 
KONSEP AL-QUR’AN TENTANG AL-QUR’AN
I. Pendahuluan
            Agama, pada awalnya berupa teks tuhan, turun ke dalam kehidupan umat manusia untuk menuntun manusia menjalani kehidupan yang sesuai dengan nilai, aturan, dan tata etika yang sudah digarisi oleh tuhan. Agama telah menempuh alur sejarah yang sangat panjang, bertahan dari generasi ke generasi, dan membentuk berbagai mimik kehidupan dari mulai yang moderat, radikal-sampai kepada yang fundamentalistik. Dalam konteks Islam, asasi keagamaan merupakan perkara yang telah menjadi realitas yang terpampang jelas dalam masyarakat secara turun menurun hingga hari ini.
Islam yang adalah sebagai agama kita memiliki pedoman dasar dalam semua hal yatu; al-Qur’an. Kita tahu bahwa al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi muhammad melalui perantara malaikat Jibril, berbahasa arab, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas, serta dianggap ibadah saat membacanya.
Setidaknya orang yang mengaku Islam atau yang secara bebas memilih untuk menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak tuhan, disebut muslim. Seorang muslim – yang benar – adalah orang yang menerima petunjuk tuhan dan  menyerahkan diri untuk mengikuti kehendak Ilahi. Artinya seorang muslim – yang benar – adalah yang melalui penggunaan akal bebasnya, menerima petunjuk tuhan. Dan salah satu petunjuk tuhan yang paling mudah dilihat adalah al-Qur’an.
Kita tahu bahwa al-Qur’an berisi begitu banyak surat dan bertumpuk ayat serta gerombolan kalimat. Oleh karena itu dari banyaknya pembahasan maka kami di sini membatasi terhadap apa yang akan kami bahas dalam makalah ini. Dengan rumusan masalah; pertama, kami berbicara tentang macam-macam nama al-Qur’an. Kedua, tujuan dari pada al-Qur’an, ketiga, hubungan al-Qur’an dengan kitab sebelumnya, dan kandungan dalam al-Qur’an.



II. Pembahasan
A. Definisi al-Qur’an
            Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun; dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang laindalam suatu ucapan yang tersusun rapih. Qur’an pada mulanya seperti  qira’ah, yaitu masdar dari kata qara’a,-qira’atan-qur’anan.[1]
            Qur’an dikhususkann sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Sehingga Qur’an menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara gabungan kata itu dipakai untuk nama Qur’an secara keseluruhan, begitu juga unutk penamaan ayat-ayatnya. Maka jika kita mendengar orang membaca ayat al-Qur’an, kiyta boleh mengatakan bahwa ia sedang membaca al-Qur’an.[2]
            Para ulama menyebutkan definisi al-Qur’an yang mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan menyebutkan bahwa: Qur’an adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW yang membacanya adalah suatu ibadah. Dalam definisi “kalam” merupakan kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan dengan menghubungkannya kepada Allah (kalamullah) berarti tidak termasuk kalam manusia, hewan maupun jin. Dan dengan kata “diturunkan” maka tidak termasuk kalam Allah yang sudah khusus menjadi miliknya.            Dan membatasi apa yang diturunkan itu hanya “kepada Nabi Muhammad saw” tidak termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya, seperti Taurat, Injil, dll. Sedangkan “yang membacanya merupakan suatu ibadah” mengecualikan hadits ahad dan hadits-hadits qudsi, bila kita berpendapat bahwa yang diturunkan dari Allah itu kata-katanya, sebab kata-kata “pembacanya sebagai ibadah” artinya perintah unutk membacanya didalam shalat dan lainnya sebagai suatu ibadah. Sedangkan qiraah ahad dan hadis-hadis qudsi tidak demikian halnya.[3]
           


A. Beberapa Sebutan untuk al-Qur’an[4]
            Allah menamakan al-Qur’an dengan beberapa nama, diantaranya sebagai berikut:
1.      Al-Qur’an
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 šÏf ãPuqø%r& çŽÅe³u;ãƒur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷ètƒ ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZŽÎ6x.
            “Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih Lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal-saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (QS. al-Isro: 9)
2.      Kitab
ôs)s9 !$uZø9tRr& öNä3ös9Î) $Y6»tGÅ2 ÏmŠÏù öNä.ãø.ÏŒ ( Ÿxsùr& šcqè=É)÷ès? ÇÊÉÈ  
            Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka Apakah kamu tiada memahaminya?” (QS. al-Anbiya: 10)
3.      Furqan
x8u$t6s? Ï%©!$# tA¨tR tb$s%öàÿø9$# 4n?tã ¾ÍnÏö6tã tbqä3uÏ9 šúüÏJn=»yèù=Ï9 #·ƒÉtR ÇÊÈ  
            Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar Dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. (QS. Al-Furqan:1)
4.      Zikr
$¯RÎ) ß`øtwU $uZø9¨tR tø.Ïe%!$# $¯RÎ)ur ¼çms9 tbqÝàÏÿ»ptm: Ç
            Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan az-Zikr (Quran), dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr: 9)
            Dari beberapa nama yang paling terkenal-dari semua nama tersebut diatas ialah qur’an dan kitab. Menurut Muhamad Abdullah Daraz, hal itu disebabkan karena wahyu Allah memang dan harus dibaca, baik itu dibaca dengan lisan maupun dengan pikiran, dan karena jua dinamakan kitab karena tertulis. Selain pendapat ini hal itu dikarenakan bahwa kedua istilah tersebut adalah bagaimana cara al-Qur’an dijaga dan dipelihara dengan bentuk hafalan dan tulisan.

B. Tujuan Diturunkannya al-Qur’an
            Menjadikan eksistensi tuhan sebagai hal – yang masuk akal – dan menjadikannya sebagai kebenaran tertinggi bukan sebagai sesuatu yang irrasional dan atau keterlaluan adalah tujuan tertinggi dalam al-Qur’an.[5] Namun dalam bahasan di sini akan lebih menjurus pada bagaimana eksistensi tuhan dan pembahasan ini akan lebih diulas pada makalah kelompok lain. Tentang bagaimana al-Qur’an merasionalkan tuhan kepada manusia dan bagaimana manusia menerimanya sebagai suatu kewajiban untuk diketahui dan diimani.
Memposisikan al-Qur’an sebagai kitab petunjuk. Menurut Muhammad Abduh, penafsiran al-Qur’an masa sebelumnya adalah kehilangan fungsinya sebagai petunjuk bagi manusia. Mereka menafsiri al-Qur’an tidak lebih dari sekedar pemaparan kata dan kebanyakan dilihat dari sisi lafdiyah i’rab arabiyah. Oleh karena itu penafsiran al-Qur’an tidak lebih sebagai latihan praktis di bidang kebahasaan; bukan kitab tafsir dalam arti kitab yang ingin menyingkap kandungan nilai dan ajaran al-Qur’an.[6]             
 Untuk menjadikannya sebagai petunjuk bagi manusia agar dipercaya kami mengambil pada surat al-Baqarah ayat 2 yaitu هدى للمتقين menurut Ibnu Katsir kata هدى adalah sifat al-Qur’an,[7] yaitu adalah hal yang dapat mengarahkan kita kepada tujuan hidup yang benar, dan mampu membebaskan diri dari kegelapan kepada cahaya.[8]
Mohammad Daud Ali merambat tentang tujuan diturunkannya al-Qur’an adalah untuk; membangkitkan kesadaran tentang hubungan manusia dengan tuhan (vertikal), membangkitkan kesadaran manusia dengan alam semesta, termasuk manusia di dalamnya (horizontal).[9]
C. Hubungan al-Qur’an dengan Kitab Sebelumnya
            Sebelumnya telah kami bahas pada nama lain dari al-Qur’an yaitu; qur’an dan kitab. Di sini adalah sebagai tanda dan cara bagaimana kita menjaga al-Qur’an. Penjagaan ganda ini menjelaskan bahwa kitab-kitab samawi diturunkan hanya untuk periode masa itu, sedangkan al-Qur’an diturunkan untuk membetulkan dan menguji kitab-kitab yang sebelumnya. Karena itu al-Qur’an mencakup hakikat yang ada dalam kitab terdahulu dan menambahnya dengan tambahan yang dikehendaki Allah. [10] oleh karena itu satu-satunya dosa dalam al-Qur’an yang tidak akan pernah diampuni adalah syirik “mempersekutukan tuhan”.
1. Menegaskan eksistensi kitab terdahulu[11]
            Secara eksplisit dalam surah Al-Baqarah ayat ke 2-4 ditegaskan bahwa salah satu ciri orang yang bertaqwa (muttaqin) adalah mereka yang percaya pada al-Qur’an dan wahyu yang diturunkan sebelum al-Qur’an diturunkan kepada Rasulullah SAW.
y7Ï9ºsŒ Ü=»tGÅ6ø9$# Ÿw |=÷ƒu ¡ ÏmÏù ¡ Wèd z`ŠÉ)­FßJù=Ïj9 ÇËÈ   tûïÏ%©!$# tbqãZÏB÷sムÍ=øtóø9$$Î/ tbqãKÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# $®ÿÊEur öNßg»uZø%yu tbqà)ÏÿZムÇÌÈ   tûïÏ%©!$#ur tbqãZÏB÷sム!$oÿÏ3 tAÌRé& y7øs9Î) !$tBur tAÌRé& `ÏB y7Î=ö7s% ÍotÅzFy$$Î/ur ö/ãf tbqãZÏ%qムÇÍÈ  
            Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa,(3)(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan salat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.(4)dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat”
            Dari sini al-Quran memberi kreteria sebagai orang yang muttaqin harus mengimani terhadap kitab sebelumnya. Keberadaan kitab sebelumnya adalah suatu yang urgen dalam Islam.
2. Pembenar & Ujian terhadap Kitab Sebelumnya
            Al-Qur'an juga diposisikan sebagai pembenar  dan batu ujian/verifikator (muhaymin) terhadap kitab-kitab yang lain. Hal ini terdapat pada surah Al-MaHYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma'idah"'HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Ma'idah"idah ayat 48 yang berbunyi :
!$uZø9tRr&ur y7øs9Î) |=»tGÅ3ø9$# Èd,ysø9$$Î/ $]%Ïd|ÁãB $yJÏj9 šú÷üt/ Ïm÷ƒytƒ z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# $·YÏJøygãBur Ïmøn=tã ( Nà6÷n$$sù OßgoY÷t/ !$yJÎ/ tAtRr& ª!$# ( Ÿwur ôìÎ6®Ks? öNèduä!#uq÷dr& $£Jtã x8uä!%y` z`ÏB Èd,ysø9$# 4 9e@ä3Ï9 $oYù=yèy_ öNä3ZÏB Zptã÷ŽÅ° %[`$yg÷YÏBur 4 öqs9ur uä!$x© ª!$# öNà6n=yèyfs9 Zp¨Bé& ZoyÏnºur `Å3»s9ur öNä.uqè=ö7uŠÏj9 Îû !$tB öNä38s?#uä ( (#qà)Î7tFó$$sù ÏNºuŽöyø9$# 4 n<Î) «!$# öNà6ãèÅ_ötB $YèÏJy_ Nä3ã¥Îm6t^ãŠsù $yJÎ/ óOçGYä. ÏmŠÏù tbqàÿÎ=tFøƒrB ÇÍÑÈ  
            Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya)[12] dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”
3. Referensi utama
            Dalam Islam dipercayai bahwa setiap bangsa memiliki nabi yang diutus kepada mereka sebagaimana terdapat dalam surat Yunus ayat 47 yang artinya :
Èe@à6Ï9ur 7p¨Bé& ×Aqߧ ( #sŒÎ*sù uä!$y_ óOßgä9qßu zÓÅÓè% OßgoY÷t/ ÅÝó¡É)ø9$$Î/ öNèdur Ÿw tbqßJn=ôàムÇÍÐÈ  
            Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.
            Dan bila tiap umat tersebut berselisih mengenai sesuatu hal maka al-Qur'an dapat menjadi hakim atau referensi untuk menerangkan hal hal yang mereka perselisihkan tersebut. Dalam al-Qur'an mengenai hal ini dijelaskan lebih lanjut dalam surat an-Nahl ayat 63 dan 64 yang artinya:
«!$$s? ôs)s9 !$oYù=yör& #n<Î) 5OtBé& `ÏiB y7Î=ö6s% z`­ƒtsù ãNßgs9 ß`»sÜø¤±9$# óOßgn=»uHùår& uqßgsù ãNåkŽÏ9ur tPöquø9$# öNçlm;ur ë>#xtã ÒOŠÏ9r& ÇÏÌÈ   !$tBur $uZø9tRr& y7øn=tã |=»tGÅ3ø9$# žwÎ) tûÎiüt7çFÏ9 ÞOçlm; Ï%©!$# (#qàÿn=tG÷z$# ÏmŠÏù   Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 šcqãZÏB÷sムÇÏÍÈ  
            Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu, tetapi syaitan menjadikan umat-umat itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih(64)Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
4. Sejarah yang benar
            Maksudnya ialah bahwa Al-Qur'an meluruskan sejarah. Dalam Al-Qur'an terdapat cerita-cerita mengenai kaum dari rasul-rasul terdahulu, juga mengenai beberapa bagian mengenai kehidupan para rasul tersebut. Cerita tersebut pada beberapa aspek penting berbeda dengan versi yang terdapat pada teks-teks lain yang dimiliki baik oleh kaum Yahudi dan Kristen.
Namun di sini penulis kira selayaknya untuk mendapatkan sejarah lengkap dalam al-Qur’an, harus ada pengecekan terhadap lembar-lembar sejarah terpercaya. Tak ayal-juga ditemukan bukti tersebut terdapat dalam kitab sebelum al-Qur’an. Kalau boleh mencoplek pendapat Ulil Absor Abdala ada lontaran yang cukup menghangatkan telinga “al-Qur’an masih perlu catatan kaki” dalam konteks kesempurnaan dalan sejarah yang terdapat di dalamnya.
 Kita tahu bahwa cerita paling lengkap adalah cerita nabi yusuf yang toh itu pun juga sangat ringkas. Karena menurut mas Ulil hal terpenting yang dalam cerita itu adalah substansinya agar supaya kita mengambil ibroh dan pelajaran dari cerita itu.
D. Kandungan dalam al-Qur’an
            Jika dikaji sejarah turunnya wahyu yang kini dihimpun dengan baik dalam al-Qur’an, dapat disimpuklan bahwa dalam masa kurun sedikit demi sedikit selama – dibulatkan – dua puluh tiga tahun, isinya antara lain;[13]
1.      Petunjuk tentang aqidah
      Petunjuk mengenai aqidah yang harus diyakini oleh setiap individu manusia. Aqidah ini berintikan bahwa keimanan terhadap keesaan tuhan, dan kepercayaan terhadap kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan amal,serta hari pembalasan kelak.

2.      Petunjuk tentang syari’ah
      Petunjuk yang berhubungan dengan syari’ah yaitu jalan yang harus diikuti oleh manusia dalam berhubungan dengan Allah dan dengan sesama manusia demi berlangsungnya kebahagiaan hidup manusia di bumi dan di akhirat.
3.      Petunjuk tentang akhlak
      Petunjuk yang berkenaan dengan akhlak ini mengatur tentang perilaku manusia. Yaitu yang berhubungan dengan hal yang baik maupun yang buruk yang harus diindahkan oleh manusia dalam kehidupan. Baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan sosial.
4.      Kisah-kisah manusia di zaman lampau
      Al-Qur’an juga mengisahkan umat manusia zaman lampau yang berfungsi sebagai sumber sejarah manusia sekarang. Sebagaimana dalam surat Saba’ yang menceritakan tentang kaum yang hidup makmur. Namun karena kelalaiannya dalam mensyukuri atas nikmat dan meninggalkan ajaran agama, Allah memberi adzab dengan mendatangkan banjir yang merusak binasakan kebun mereka. Kemudian digantikan tumbuhan-tumbuhan berbuah pahit

5.      Berita tentang zaman yang akan datang
      Berita ini mengisahkan tentang kehidupan akhir manusia yang disebut kehidupan akhirat. Sebagaimana dalam surat al-Haqqah ayat 69 yang menceritakan tentang awal-mulainya kehidupan akhirat, serta  dalam surat az-Zumar ayat 39 tentang hari kebangkitan.
6.      Sumber dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan
      Al-Qur’an juga berisikan tentang sumber-sumber ilmu pengetahuan. Misalnya dalam bidang ilmu kedokteran yang tercantum dalam surat al-Mukmin ayat 40 menyebutkan mengenai proses pembentukan manusia diciptakan.
7.      Hukum yang berlaku  dalam hidup di alam semesta
      Sunnatullah atau hukum Allah yang menyebabkan alam semesta selaras, serasi dan seimbang yang dipatuhi sepenuhnya oleh partikel yang menjadi unsur alam semesta. Ada tiga sifat utama sunnatullah yang disinggung dalam al-Qur’anyang telah ditemukan ahli ilmu pengetahuan. Ketiga sifat tersebut adalah pasti, tetap, dan obyektif.

C. Penutup
            Ada beberapa hal mengenai agama Islam dan hal hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji dan memahami (agama dan ajaran) Islam. Terutama dalam mengkaji al-Qur’an, seharusnya kita mengkaji lebih mendalam agar supaya sistem ketauhidan kita menjadi kebal virus kemelencengan agama. Setidaknya kita paham betul tentang tujuan diturunkannya al-Qur’an.
Demikian makalah ini kami sajikan. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami mohon maaf apabila dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan. Karena manusia dinamakan manusia karena kenisyanannya (lupa). Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah.


















DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Muhammad, Fatihah al-Kitab, Kairo: Kitab at-Tahrir, 1382 H.
Isma’il bin Umar bin Katsir ad-Damsyiki, Abu al-Fada’, Tafsir al-Qur’an al-Adzim,  Maktabah Syamila
Manna’ al-Qattan, Muhamad, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, cet. ke-11, Bogor, Pustaka Litera AntarNusa dan Halim Jaya, 2007.
Mustaqim, Abdul, Epistimologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKiS, 2010.
Muhamad bin Husain an-Nisaburi, Nidzomuddin Hasan bin, Ghara’ib al-Qur’an wa Ghara’ib al-Furqan, Maktabah Syamila
Rahman, Fazlur, Tema Pokok Al-Quran, Bandung: Penerbit Pustaka, 1996.
Saifullah al-Aziz, Mohamad, Fiqih Islam Lengkap; Pedoman Hukum Ibadah Umat Islam dengan Berbagai Permasalahanya, Surabaya: Terbit Terang, 2005.
Daud Ali, Mohammad, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.



             [1]  Muhamad Manna’ al-Qattan, Mabahis Fi Ilmi al-Qur’an ,diterj. Drs. Mudzakir “Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an cet. ke-11, Bogor, Pustaka Litera AntarNusa dan Halim Jaya, 2007, hlm. 15-17
             [2] Ibid
             [3] Ibid, hlm 17-18
[4] Ibid. hal. 18-19
[5] Fazlur Rahman, Tema Pokok Al-Quran, Bandung: Penerbit Pustaka, 1996, hal. 2
[6] Abdul Mustaqim, Epistimologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta: LKiS, 2010, hal. 59 bisa dibandingkan dengan Muhammad Abduh, Fatihah al-Kitab, Kairo: Kitab at-Tahrir, 1382 H, hal. 12-13
[7] Abu al-Fada’ Isma’il bin Umar bin Katsir ad-Damsyiki atau lebih familiar dengan sebutan Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Adzim, , Maktabah Syamila
[8] Mohamad Saifullah al-Aziz, Fiqih Islam Lengkap; Pedoman Hukum Ibadah Umat Islam dengan Berbagai Permasalahanya, Surabaya: Terbit Terang, 2005, hal. 52
[9] Mohammad Daud Ali, Op. Cit. hal. 86
[10] Muhamad Manna’ al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, cet. ke-11, Bogor, Pustaka Litera Antar Nusa dan Halim Jaya, 2007, hal. 20
[11] http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Al_Qur%27an_dengan_kitab_lain
[12] Imam an-Nisaburi dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa kitab sebelumnya adalah kitab samawi selain al-Quran. Nidzomuddin Hasan bin Muhamad bin Husain an-Nisaburi, Ghara’ib al-Qur’an wa Ghara’ib al-Furqan, Maktabah Syamila
[13] Lihat selengkapnya Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 96-103

Tidak ada komentar:

Posting Komentar